TUGAS 4:
Memperingati
Hari Kartini penerbangan Garuda Indonesia menampilkan pilot wanita,
awak kabin dan awak darat
Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan kapten Ida Fiqriah
berjabat tangan sebelum Penerbangan Kartini pada Sabtu, 21 April.
(Garuda Indonesia / Fil
Garuda Indonesia mengadakan Penerbangan Kartini khusus untuk merayakan Hari Kartini pada 21 April.
Penerbangan GA 204 Kartini yang berangkat dari Jakarta ke Yogyakarta menampilkan pilot, awak kabin dan awak darat yang semuanya adalah karyawan perempuan Garuda Indonesia. Di antara mereka adalah kapten Ida Fiqriah, yang merupakan pilot wanita pertama yang menjadi carrier, co-pilot Melinda, manajer layanan penerbangan Evi Soenarjono dan insinyur rilis pesawat Pita Hadi Sriwahyuni dan Dessy Purnamasari.
Menurut siaran pers, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti adalah salah satu penumpang dalam penerbangan, bersama dua eksekutif wanita maskapai penerbangan nasional, Direktur Jenderal dan Sumber Daya Manusia, Sari Suharso dan Direktur Pemasaran Domestik Nina Sulistyowati, serta beberapa lainnya manajer senior perusahaan milik negara.
“Salut
buat Garuda
Indonesia yang
telah mengadakan penerbangan khusus ini.
Keterlibatan pilot perempuan, awak kabin dan awak darat Itu
membuktikan perempuan mampu bekerja di tengah dunia yang sarat dengan
perkembangan teknologi dan tantangan dinamika karir yang ada,"
kata Susi.
Nina mengatakan perusahaan mengharapkan untuk menjadikan Kartini Flight sebagai acara tahunan, yang memperingati RA Kartini, pahlawan nasional dan sumber inspirasi bagi wanita Indonesia.
Perusahaan ini memiliki lebih dari 4.500 karyawan wanita, mulai dari kru darat, teknisi pesawat hingga co-pilot dan kapten. Dua puluh sembilan pilot maskapai adalah wanita.
Untuk merayakan Hari Kartini, Garuda Indonesia menawarkan serangkaian promosi untuk pelanggan wanita, termasuk hingga 21 persen diskon tiket, bonus 2,100 mil udara dan akses gratis ke lounge Garuda di Jakarta, Medan dan Balikpapan sepanjang April. (kes)
Guru
menjadi tersangka kasus pelecehan anak karena menampar siswa
Seorang guru sekolah menengah kejuruan di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, menghadapi tuduhan pelecehan anak setelah video dirinya menampar sembilan muridnya menjadi viral dimedia sosial.
Dalam
video tersebut, Lukman Septiadi, 27, dalam video yang ditampilkan
sedang membelai pipi seorang siswa sebelum menamparnya.
Polisi Banyumas telah menyebut Lukman sebagai tersangka dalam kasus tersebut, dan menuntutnya dengan kekerasan anak seperti yang diatur dalam Pasal 80 UU Perlindungan Anak tahun 2002. Artikel itu membawa hukuman maksimal 3,5 tahun penjara.
“Dua dari korban telah dikirim ke rumah sakit dan menerima perawatan,” kata Kapolsek Banyumas Adj. Komisaris Sr. Salamun Bambang Yudhantara mengatakan seperti yang dikutip oleh kompas.com.
Tangkapan layar berupa video yang menjadi viral yang menunjukkan seorang guru sekolah menengah kejuruan menampar muridnya di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. (JP / via WhatsApp)
Lukman
dimintai keterangan oleh polisi pada Kamis malam, beberapa jam
setelah wartawan dan orangtua yang marah tiba di sekolahnya.
Sebelum
pergi ke kantor Polisi Banyumas, Lukman mengunggah video dirinya yang
membenarkan tindakannya di hadapan para siswa yang diserang.
“Ya, itu aku. Saya memukul mereka, dan semua korban ada di sini, ”katanya, meminta orang yang merekam video itu untuk menunjukkan wajah masing-masing korban.
"saya tahu. Saya mengerti. Saya melakukan itu semua dengan suatu tujuan. Saya tidak melakukannya jika tanpa alasan dan saya tidak melakukannya tanpa tujuan, ”katanya dalam video.
“Ya, itu aku. Saya memukul mereka, dan semua korban ada di sini, ”katanya, meminta orang yang merekam video itu untuk menunjukkan wajah masing-masing korban.
"saya tahu. Saya mengerti. Saya melakukan itu semua dengan suatu tujuan. Saya tidak melakukannya jika tanpa alasan dan saya tidak melakukannya tanpa tujuan, ”katanya dalam video.
Dalam pernyataannya kepada polisi, Lukman mengklaim bahwa ia memukul sembilan siswa karena mereka selalu melanggar aturan dan sering membolos di sekolah. (ahw)