Jumat, 30 September 2016

FEATURE



Tanah kelahiran yang penuh nilai sejarah
Roda terus bergulir hingga mengantarku tiba di tanah kelahiranku, Kota Kuningan; tepatnya desa Linggarjati. Kami sekeluarga rindu akan kehangatan kampung halaman maka keluarga kami memutuskan untuk berlebaran di Kuningan. Debu yang sering kurasakan,seakan hilang setelah sampai disini. Udaranya yang sejuk membawaku  merasakan tetesan embun pagi yang berjatuhan di rumput-rumput persawahan. Kepenatan dikota, seakan sirna karena melihat sawah yang terbentang, suasana yang terhindar dari kepadatan kota Jakarta, dan air yang mengalir langsung dari gunung Ciremai. Sungguh betapa indah ciptaanMu. Begitu melihat sekeliling, rasa syukur tak henti dalam fikirku karena telah dilahirkan di desa ini.
Suasana saat lebaran pun begitu kental dengan tradisi, banyak kudengar isak tangis kebahagiaan karena dapat berkumpul bersama keluarga besar. Menangis meminta maaf kepada ayah bunda serta sanak saudara. Aku tak ingin momen kebahagia tersebut berlalu begitu cepat.
Terik matahari mulai nampak, namun kesejukkan tetap terasa, pamanku mengajakku untuk mengunjungi suatu tempat bersejarah di desa Linggarjati, yaitu gedung perundingan Linggarjati. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari  tempat kami tinggal, memutuskan kami untuk pergi kesana dengan berjalan kaki saja. Tak ada rasa letih, kaki ini terus melangkah mengikuti kegembiraan hati, tak sabar untuk sampai di tempat tujuan.
Setibanya kami disana, terlihat sebuah aturan yang harus dilakukan selama berada di dalam dan informasi jadwal dibukanya gedung, yaitu pukul 08:00-18:00 setiap harinya. Kami  langsung disuguhkan dengan sebuah bangunan yang kaya akan nilai history, bangunan yang masih berdiri kokoh, kuno namun tetap terjaga. Aku berkeliling menelusuri setiap sudut serta gambar yang terpasang, membaca setiap informasi dan ilmu baru yang sebelumnya aku hanya tahu dalam buku sekolahku saja, kini aku dapat menyaksikan secara langsung bagaimana suasana pada saat perundingan itu digelar.
 Jika melihat beberapa tahun silam, mungkin perundingan Linggarjati sangat terkenal karena merupakan suatu perjanjian bersejarah yang berisi kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda yang disepakati dalam sebuah perundingan. Para tokoh dari Indonesia dan Belanda duduk bersama untuk membuat kesepakatan yang dirangkum dalam beberapa poin persetujuan. Peristiwa ini kelak dikenal dengan nama perjanjian Linggarjati. Perjanjian ini telah berhasil mengangkat permasalahan antara Indonesia dan Belanda ke ranah international dengan melibatkan PBB (persatuan bangsa bangsa). Perjanjian ini disebut dengan perjanjian Linggarjati karena lokasi terjadinya ialah di Desa Linggarjati yang terletak di sebelah selatan kota Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 10 November 1946.
Perjalananku hari ini telah banyak memberikan subuah arti dari perjuangan dan banyak sekali ilmu yang aku dapat saat mengunjungi gedung perundingan Linggarjati, aku semakin bangga telah dilahirkan di desa yang bersejarah, kelak perjalananku ini akan ku ceritakan pada anak cucuku. Matahari telah terbenam di ufuk timur, menandakan aku dan paman untuk segera pulang.


Selasa, 20 September 2016

NEWS

TINDAKAN KRIMINAL MODUS BARU
Senin, 8 Agustus 2016 masyarakat dihebohkan dengan kejadian perampokan berujung nyawa yang terjadi pada pukul 00:00 dini hari. Sebuah kasus perampokan ini terjadi di jln. Matraman, Jakarta Timur. Perampok tersebut diduga menggunakan modus baru yaitu dengan cara memberhentikan pengendara mobil dan mengetuk pintu kaca mobil untuk menanyakan sebuah alamat, namun tak disangka di dalam kartu nama tersebut, perampok telah menyelundupkan pisau kecil untuk melukai korban. Setelah korban terluka dan kesakitan, perampok menjalankan aksinya untuk merampas semua barang berharga milik sang korban.
Hingga saat ini  ada 6 pengedara mobil dari berbagai daerah yang melaporkan kasus perampokan tersebut untuk ditindak lanjuti. Polisi menduga bahwa pelaku telah tersebar dan merupakan sebuah “geng motor”.
Polisi pun menghimbau kepada para masyarakat agar  tetap waspada dan selalu berhati-hati saat dalam perjalanan. Untuk mencegah hal serupa terjadi kembali, maka polisi  menerapkan patroli di titik daerah yang diduga rawan perampokan dan lokasi yang minim pencahayaan.